Jakarta, Wartabrita.com – Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat Dhany Sukma meninjau pelaksanaan Posyandu Balita, di Kantor Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Minggu (21/6) pagi.
Dalam kesempatan ini wali kota didampingi, Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Setko Jakarta Pusat M Fahmi, Camat Sawah Besar Prasetyo, Kepala Puskesmas Kelurahan Kartini I Gusti Ayu Ariwati, dan jajaran terkait.
Dhany mengatakan, kegiatan ini sebagai fokus kelompok sasaran stunting. Ternyata dari kelompok tersebut bukan hanya persoalan gizi saja, tetapi memang ada yang bersifat kompleks.
Misalkan, lanjutnya, ada penyakit penyerta bagi balita, sehingga pendekatannya yaitu dengan layanan kesehatan perorangan yang sudah dirujuk ke RSCM, RS Harapan Kita untuk diselesaikan status kesehatannya.
“Setelah itu, baru kita intervensi dengan asupan gizi seimbang yang sudah direkomendasikan dari jajaran tim gizi puskesmas,” katanya.
Pada hari ini, Dhany menambahkan, juga menggandeng Baznas Bazis Kota Administrasi Jakarta Pusat untuk ambil bagian dalam asupan gizi yang sudah disiapkan oleh puskesmas.
“Tadi kita sudah berikan asupan makanan bergizi. Dan untuk seminggu ke depan Bantuan dari Baznas Bazis berupa uang tunai sejumlah 5 juta yang dititipkan kepada kader PKK Kelurahan untuk diberikan kepada kelompok sasaran stunting secara door to door,” jelasnya.
“Hal tersebut merupakan salah satu ikhtiar kita. Mudah-mudahan saja kasus stunting bisa kita tekan,” harapnya.
Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk
Disisi lain, Kepala Puskesmas Kelurahan Kartini dr I Gusti Ayu Ariwaty menjelaskan, pemahaman masyarakat tentang stunting pun masih terbilang minim. Salah satu indikasinya adalah stunting yang kerap diartikan sebagai gizi buruk di tengah masyarakat awam.
Menurutnya, ada ciri-ciri anak dengan gizi buruk biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil. Jika telah mencapai tahap lanjut, ada kemungkinan perut anak menjadi buncit.
Sementara itu, ciri anak yang mengalami stunting adalah pertumbuhannya yang melambat. Hal itu dapat dilihat dari tubuh yang lebih pendek dan tampak lebih muda dibanding teman-teman seusianya. Pubertas pada anak dengan kasus stunting pun kerap terlambat.
“Pada dasarnya, gizi buruk disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang relatif singkat ketimbang stunting. Sedangkan Stunting umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang, terutama di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak. Di samping itu, ada faktor lain seperti tingginya frekuensi sakit anak dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tidak tertangani dengan baik,” jelasnya.
“Kita harus menangani stunting secara menyeluruh, mulai dari pemeriksaan kesehatan pada saat remaja, memasuki pernikahan, kehamilan, hingga melahirkan. Semuanya kita pantau secara menyeluruh dan berkala,” jelasnya.
Menurutnya, dengan adanya Posyandu Balita seperti ini bisa meidentifikasi dini kesehatan pada anak.
Untuk diketahui, dalam pemeriksaan di posyandu balita ini, terlebih dahulu orang tua anak mengikuti pendaftaran, lalu penimbangan anak, pengukuran tinggi badan, penyuluhan perorangan, dan secara umum oleh puskesmas.