Kisah Dokter Sekaligus Influencer Dalam Mengedukasi Masyarakat di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Jakarta, wartabrita.com – Pada masa adaptasi kebiasaan baru aman COVID-19, semua pihak wajib menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dan menjaga jarak, saat melakukan setiap aktivitas.

Hal itu tentu melahirkan perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat dan penyesuaian menghadapi pandemi COVID-19, yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia.

Melihat fenomena adaptasi dan penyesuaian kebiasaan baru tersebut, Dokter Kecantikan Sonia Wibisono juga memiliki pengalaman bagaimana perubahan produktivitas dalam mengedukasi masyarakat.

Dalam hal ini, dokter juga dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas cara penyampaian edukasi kepada masyarakat.

“Kalau dulu kita memberikan edukasi langsung bertemu dengan masyarakat, sekarang kita memanfaatkan ruang digital untuk menjadi sarana mengedukasi masyarakat,” ujar Sonia dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta (11/7).

Sonia yang juga dikenal sebagai public figure mengatakan bahwa dirinya tidak keluar rumah kecuali jika ada hal penting yang harus dikerjakan, sehingga pemberian edukasi kepada masyarakat melalui ruang digital harus dilakukan di rumah dengan proses produksi secara mandiri dan kreatif.

“Karena lebih banyak di rumah, kegiatan _shooting_ video juga harus di rumah dengan mempersiapkan kamera dan lampu-lampu secara mandiri serta pengemasannya harus kreatif. Bisa juga langsung _shoot_ dengan _handphone_ nanti dari media yang bekerja sama dengan kita yang akan mengedit videonya,” lanjut Sonia.

Keharusan dalam menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, Sonia kerap mengedukasi hal tersebut melalui media sosial bersama keluarga di rumah agar edukasi yang diberikan memang sesuai dengan apa yang saat ini masyarakat lakukan.

“Seperti kegiatan mencuci tangan bersama anak, hal ini juga bisa menjadi ajakan bagi orang tua untuk mulai mengajarkan gaya hidup bersih dan sehat kepada anak sejak dini,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, edukasi melalui ruang digital juga diterapkan oleh Anggota Junior Doctors Indonesia Vito Anggarino Damay dalam selang aktivitas pekerjaannya sebagai dokter jantung.

“Jika sudah selesai jam praktek saya di rumah sakit, saya menyediakan waktu untuk memberikan edukasi. Seperti Sonia, kita bisa memberikan edukasi dengan mengundang sesama dokter secara virtual melalui aplikasi ruang digital sehingga walaupun masyarakat tidak tatap muka langsung dengan dokter, tapi kita bisa menjangkau mereka melalui cara ini,” jelas Vito.

Vito juga menjelaskan bahwa dalam memberikan edukasi pada masa adaptasi kebiasaan baru dibutuhkan kreativitas dan bukan berarti menggurui, namun hal ini dilakukan demi kepentingan bersama.

“Saat ini memang harus lebih kreatif. Supaya kita kesannya bukan menggurui, tapi kita bersama-sama melakukan ini (edukasi) untuk kepentingan bersama. Dengan begitu masyarakat dapat pengertian tanpa merasa kita menggurui mereka,” tambah Vito.

Vito kerap kali ditanyakan oleh para pasien penderita penyakit jantung melalui media sosial. Penyakit jantur menjadi salah satu penyakit penyerta atau _komorbid_ yang memiliki potensi yang cukup besar terjangkit COVID-19.

“Tentu banyak sekali pertanyaan dari mereka (penderita penyakit jantung), jika dijawab satu per satu, informasinya tidak ketahui oleh banyak orang. Untuk itu lebih baik saya membuat video untuk menjawab isu-isu dan kekhawatiran mereka sehingga informasinya dapat tersebar lebih luas dan membangun trust dalam menghadapi pandemi ini bersama-sama,” lanjutnya.

Selain itu, Vito juga menggunakan hobinya yaitu bernyanyi dalam mengedukasi masyarakat.

“Itu lah salah satu kreativitasnya. Karena saya suka menyanyi, jadi saya coba memberikan edukasinya dengan lagu-lagu. Karena apa yang saya miliki saya anggap milik orang lain yang dititipkan ke saya, sehingga saya merasa bahwa hal ini bukan hanya untuk saya tapi juga untuk orang lain,” ungkapnya.

Sonia dan Vito juga kerap berkolaborasi seerta mengajak _influencer_ dokter lainnya maupun non-dokter untuk bergabung dalam misi mengeduksi masyarakat melalui sisi kesehatan yang dikemas lebih ringan dan dapat dengan mudah dipahami masyarakat.

Sekalipun tidak diberi imbalan dalam angka, misi tersebut merupakan panggilan jiwa mereka dalam membantu sesama.

“Justru kebahagiaan bukan dari apa yang kita terima, tapi apa yang kita bisa berikan untuk orang lain. Memberi adalah salah satu kebahagiaan yang bisa mengisi diri kita dengan banyak hal dibanding imbalan. Hal ini yang jadi panggilan jiwa untuk kita semua,” jelas Sonia.

Terakhir, Vito juga mengajak untuk _influencer_ lainnya dalam memaksimalkan dampak yang mereka bisa hasilkan dengan membantu sesama.

“Semua _influencer_ yang ada di Indonesia, dampak dan apa yang bisa kita lakukan atau bisa membuat orang berpengaruh itu adalah amanah. Jadi pergunakan ilmu dan amanah yang diberikan kepada kita untuk bisa membantu orang banyak,” tutupnya.

(DPA)

Pos terkait